Editorial

Lahirnya Generasi Stres


MEDAN :Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan, ketidaktahuan orang tua dalam

mendidik anak sering menyebabkan lahirnya “generasi stres”.

“Karena melupakan hak anak, tanpa sadar kita melahirkan `generasi stres`,” katanya dalam seminar “Anakku Masa

Depanku” yang diselenggarakan Blessing Community dan Dinas Pendidikan Kota Medan di di Medan, Sabtu 27 November

2010.

Sebenarnya, kata dia, mendidik anak tidak terlalu sulit jika memahami cara yang baik baik dan menyadari bahwa

keturunan merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Namun sayangnya, sebagian orang tua jusru menunjukkan perasaan sayang dengan cara yang kurang tepat, sehingga

kontraproduktif dan menimbulkan akibat yang kurang baik bagi perkembangan anak.

Ia mencontohkan kewajiban anak untuk belajar tetapi tidak diimbangi porsi waktu bermain yang sesuai, sehingga

menyebabkan anak menjadi jenuh dan stress dengan kondisi yang ada.

“Di sekolah dituntut belajar, lalu ditanyai PR (pekerjaan rumah). Di rumah juga ditanyai PR lagi, akhirnya mereka

stres,” katanya.

Arist Merdeka mengatakan, dalam UU 23/2002 tentang Perlindungan Anak (PA) setidaknya ada empat hak anak yang harus

diperhatikan agar generasi penerus dapat berkembangan sesuai dengan yang diharapkan.

Hak pertama adalah hak hidup dengan mendapatkan identitas yang jelas, kebebasan beribadah sesuai dengan agama yang

dianut, mendapatkan layanan kesehatan yang baik dan memiliki status kewarganegaraan.

Untuk merealisasikan hak itu, setiap anak harus dididik dan dilayani dengan benar serta diberikan akta kelahiran

agar mudah mendapatkan berbagai layanan dalam ketatanegaraan.

“Karena itu, pemerintah harus memudahkan setiap pengurusan akta kelahiran anak, bahkan harus gratis. Kalau tidak,

berarti melanggar HAM anak,” katanya.

Kemudian, hak bertumbuh kembang dengan baik dengan memiliki pembagian waktu yang sesuai antara belajar, istirahat,

bermain dan bergaul dengan manusia di sekelilingnya.

“Anak yang tidak diberi waktu untuk bermain juga pelanggaran HAM,” kata Arist Merdeka Sirait.

Selain itu, kata dia, untuk menciptkan generasi yang bermental sehat, seorang anak harus memiliki hak partisipasi,

baik untuk menyampaikan saran mau pun diperhatikan pendapatnya.

“Jangan mentang-mentang masih kecil, seorang anak tidak dihargai pendapatnya. Itu dapat membuatnya stres,” katanya.

Sedangkan hak terakhir adalah mendapatkan perlindungan seluas-luasnya dari berbagai kegiatan yang dapat mengganggu

perkembangan anak seperti eksploitasi untuk kepentingan ekonomi dan seksual, penelantaran serta tindak kekerasan

dan penganiyaan.

Sementara itu, Pimpinan Blessing Community Rajamin Sirait mengatakan, pendidikan anak sangat dibutuhkan bagi

kalangan orang tua karena anak merupakan harapan di masa tua.

“Anak adalah `investasi` untuk masa depan,” katanya.

Menurut Rajamin, cukup banyak orang tua yang kurang menyadari bahwa anak adalah “harta” yang sangat berharga dan

harus dibina sejak dini agar menjadi generasi penerus yang mampu memenuhi harapan.

Hal itu dapat dilihat dari banyaknya kejadian yang cukup membuat prihatian mulai dari kekerasan dan penganiyaan

terhadap anak, pelecehan seksual hingga eksploitasi dalam ekonomi seperti diikutsertakan mengemis di jalanan.

Padahal sebagai generasi penerus, anak harus mendapatkan hak yang baik, khususnya pendidikan. “Bahkan, seorang anak

harus sudah mendapatkan pendidikan yang baik mulai dari dalam kandungan,” kata Ketua Pemuda Mitra Kamtibmas (PMK)

Sumut tersebut.

Ia mengatakan, pendidikan dan perlakuan yang baik harus diberikan kepada semua anak sejak dini, tanpa melihat

golongan dan status sosial kemasyarakatan.

Jika tidak, maka anak tersebut diperkirakan akan menjadi generasi yang tidak dapat memenuhi harapan orang tua.

“Kalau tidak dididik, 15 hingga 20 tahun lagi dia akan menjadi masalah,” kata Rajamin Sirait.

Pemberian pendidikan secara merata itu juga perlu dilakukan karena kerusakan generasi muda tidak melihat golongan

dan status sosial kemasyarakatan.

“Jangan kira anak orang kaya tidak banyak yang bermasalah. Kurangnya pendidikan juga menimbulkan masalah bagi

mereka, tetapi kurang kelihatan karena berlimpah materi,” kata Rajamin.(an)
Sumber : Eksposnews

Comments

Komentar Anda