Oleh: J. Simanjuntak
(Anggota Ikatan Ahli Panas Bumi Indonesia)
Energi panas bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diekspor dan sangat ideal untuk mengurangi dan menggantikan peran bahan bakar fosil nasional (solar/diesel) dan juga batubara dan merupakan sumber energi yang ideal untuk pengembangan daerah setempat.
Selain itu, energi panas bumi adalah energi terbarukan yang tidak tergantung pada iklim dan cuaca, sehingga handal terhadap sumber energinya tinggi. Selain itu, energi geothermal atau panas bumi ini tidak akan menyebabkan efek rumah kaca, dan dalam hal konsumsi energi, pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah pembangkit energi mandiri.
Sampai saat ini sebagian besar kebutuhan energi listrik di Indonesia dibangkitkan dengan energi batubara, minyak dan gas, tetapi hal tersebut tentunya tidak akan bertahan selamanya. Masalah ini akan menjadi semakin berat dengan semakin menipisnya cadangan minyak negara (+- 10 tahun mendatang). Saat ini masih sedikit sekali peran energi alternatif lain seperti : energi matahari, biomasa, panas bumi dan juga energi angin.
Energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik sejak tahun 1913, dan di New Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan energi panas bumi untuk sektor non listrik (direct use) telah berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun.
Sedangkan kegiatan eksplorasi atau pengeboran panas bumi di Indonesia sudah dilakukan secara luas pada tahun 1972 oleh Direktorat Vulkanologidan Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perancis dan New Zealand melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Hingga saat ini masih terus dikembangkan sehingga teknologi panas bumi sudah terbukti tidak membahayakan dan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan karena memang sudah dikembangkan dan digunakan sejak 1970-an.
Dari hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek panas bumi, sepanjang Jalur Gunung api membentang dari Aceh hingga Lampung di pulau Sumatra, sepanjang Jawa, Bali, Nusa Tenggara hingga Maluku dan Sulawesi Tenggara-Sulawesi Utara menerus Filipina kurang lebih 7.000 km.
Kondisi saat ini telah berhasil menemukan beberapa daerah prospek baru sehingga jumlahnya meningkat menjadi 275 prospek, yaitu 84 prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di Nusa Tenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di Kalimantan. ***