Oleh : Askolani Nasution
Bayangan kita tentang merdeka adalah ketika semua warga negara mendapat jaminan hidup yang layak: rumah yang layak sebagaimana sepatutnya rumah, makan yang layak, jaminan kesehatan dan hari tua, jaminan memperoleh pendidikan yang layak, dan jaminan mengekspresikan hak-hak politiknya.
Seluruh item itu dibahasakan dua hal: menjadi jaminan memperoleh pekerjaan yang layak dan jaminan hak-hak demokrasi.
Jaminan mendapat pekerjaan yang layak bukan hak warna negara. Hak warga negara adalah memperoleh kehidupan yang layak, terserah dengan cara apa negara memenuhinya. Mari berpikir rasional.
Tragisnya begini: pernah suatu ketika, beras impor dibongkar di Tanjung Periok. Beras yang tumpah saja tidak dimakan ayam saking busuknya. Tapi ketika di lempar ke pasar, beras itu laris manis. Artinya, bahkan setelah kita pun menjadi bangsa merdeka, kualitas hidup kita tidak lebih baik dari ayam di Tanjung Periok.
Jadi, seharusnya negara mesti tersinggung ketika anak-anak rapi berbaris memegang bendera atau karnaval merayakan 73 merdeka, tapi mereka sendiri tak sungguh-sungguh menjadi anak-anak dari sebuah bangsa yang merdeka. Kita memang menjadi bangsa yang lebih maju dibanding saat proklamasi, tapi kita bukan bangsa yang lebih merdeka sebagaimana ruh proklamasi. Itu!
Askolani Nasution adalah budayawan, tinggal di Mandailing Natal