Ekonomi

Pakan Lokal Solusi untuk Tekan Biaya Produksi Ternak Ayam

Ayam petelur (ilustrasi)

MEDAN (Mandailing Online) – Peningkatan produksi jagung dan kedelai dinilai mampu menekan harga pakan ternak ayam dan itik.

Bahan baku pakan ternak yang masih tergantung pada impor terutama jagung menyebabkan biaya produksi ternak di Sumatera Utara sangat mahal.

Mahalanya pakan ternak ini menyebabkan peternak bagai menghadapi buah simalakama. Disatu sisi tak bisa menaikkan harga daging ayam atau telur ayam, disisi lain tak mampu menurunkan biaya pakan ternak.

Oleh karena itu, DPRD Sumut meminta semua pihak terkait mengupayakan meningkatkan produksi bahan baku pakan ternak guna mengurangi ketergantungan pada impor.

Peternak ayam khusus produksi telur diminta memanfaatkan bahan baku pakan hasil produksi lokal. Hal itu untuk mengurangi ongkos produksi. Demikian dikatakan anggota DPRD Sumatra Utara (Sumut) Ahmad Hadian kepada media, Selasa (9/2/2021).

Dikatakannya, kenaikan harga telur ayam akhir-akhir ini membuat masyarakat kian mengeluh, tambah lagi sulitnya perekonomian akibat pandemi covid-19. Hal ini jadi dilematis, karena jika pemerintah menormalkan harga telur di pasaran, produsen telur akan menjerit. Harga telur hari ini yang 23-25 ribu per kg sudah dirasa cukup rendah dibanding harga pokok produksi.

“Inilah dilemanya, makanya kami dituntut memberikan alternatif solusi yang adil terhadap persoalan ini,” kata Sekretaris Komisi B ini.

Ditambahkan Hadian, ide itu juga ia ungkapkan saat rapat dengar pendapat gabungan dengan Kadis Perindag, Kadis Ketahanan Pangan dan Peternakan dan Perhimpunan Peternak Petelur Sumatera Utara di gedung DPRD Sumut, Senin sore, (8/2/2021) lalu.

Dalam pertemuan itu terungkap harga pokok produksi tinggi karena saat ini rata-rata bahan baku pakan ternak diimpor. Karenanya saya juga meminta Pemprovsu tanggap mengambil langkah solusi yang adil. Saya juga menghimbau peternak petelur lebih kreatif dalam penyediaan pakan ternak, jangan tergantung hanya kepada pakan pabrikan, kata Hadian.

Peternak, sambung Hadian, bisa membuat pakan dari bahan-bahan baku dalam negeri. Selain itu, Pemprovsu harus membuat regulasi gerakan cinta produksi dalam negeri agar produksi jagung dan kedelai bisa meningkat sebagai bahan baku pakan ternak, jadi kita tidak tergantung pada bahan impor.

“Lahan kita sangat luas, kita dorong petani menanam jagung dan kedelai. Pemerintah juga harus intervensi menurunkan biaya impor yang tinggi. Dengan langkah ini mudah-mudahan kita bisa menekan harga pokok produksi itu,” tandas Hadian.

Sementara itu, berdasar data BPS Sumatera Utara dirilis tahun 2020, luas tanaman jagung di Sumut mencapai 319.507 hektar dengan produksi sekitar 1.960.424 ton.

Meski kebutuhan jagung 1,3 juta ton per tahun di Sumut, namun angka itu belum mewakili seluruh kebutuhan ril, karena angka itu belum mengkonfirmasi angka pasokan impor.

Sumber : Medan Bisnis / BPS Sumut
Editor : Dahlan Batubara

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.