Artikel

Peran Perempuan Muslimah di Bidang Pengobatan

Grafis muslimah dan sains

Oleh: Alfi Ummuarifah
Guru dan Pegiat Literasi Islam

Seorang perempuan khususnya ibu dituntut mampu menjalankan perannya sebagai ummun dan robbatul bayt (manajer rumah tangga). Sebagai ummun, seorang ibu harus mengetahui jenis makanan apa saja yang sehat, halal dan thoyyib untuk suami dan anak-anaknya.

Oleh karena itu seorang ibu adalah ahli gizi, ahli kimia dan ahli pengobatan yang bersinergi dengan tsaqofah islam. Seorang ibu juga ahli tanaman herbal untuk pertolongan pertama jika anggota keluarga membutuhkan layanan kesehatan di rumah. Bukan hanya pertolongan pertama, bahkan seorang perempuan adalah dokter untuk keluarganya, mahram dan  kaumnya. Jadi sebelum anggota keluarga mengalami sakit parah penyakit itu bisa dicegah sejak dini.

Andai pun harus ke rumah sakit negara telah mempersiapkan segala kebutuhan layanan kesehatan dari obat, alat medis, makanan selama dirawat, jasa dokter dan kebutuhan kesehatan lainnya dari A sampai Z.

Sebagai ibu seorang perempuan harus memahami ilmu dasar tentang bagaimana menyediakan pakaian bersih untuk seluruh anggota keluarganya. Perempuan mesti memahami bidang jahit-menjahit tingkat dasar agar mumpuni dalam memproduksi pakaian keluarganya.

Pakaian yang sehat dan bersih itu membuat seluruh keluarga sehat. Lingkungan yang sehat juga butuh sentuhan tangan seorang perempuan yang paham akan kesehatan lingkungan. Dia harus faham thoharoh mensucikan pakaian, lantai dan seluruh isi rumah agar bebas dari hadas dan najis. Agar rumah senantiasa bisa dijadikan sebagai tempat shalat dan ibadah lainnya. Sebab bersuci atau thaharah itu adalah sebagian dari iman.

Dunia Islam pernah memiliki dokter perempuan yang ada di masjid Nabawi. Kepedulian

Rasulullah SAW memberikan perhatian penuh terhadap dunia pengobatan telah terbukti. Sumbangsih peradaban Islam terhadap perkembangan dunia kedokteran tak bisa dipungkiri lagi. Ar-Razi, az-Zahrawi, Ibn Zuhr, Ibn Sina dan Ibn an-Nafis hanyalah beberapa ulama atau cendekiawan yang telah banyak berkontribusi pada obat-obatan antara abad kesembilan dan kelimabelas.

Hal yang paling mencengangkan adalah informasi yang

dilansir New Straits Times (16/11/18), Direktur Pusat Studi Ilmu Sains dan Lingkungan Institut Kefahaman Islam Malaysia (Institute of Islamic Understanding Malaysia/IKIM), DR. Syekh  Mohd Saifuddeen Syekh  Mohd Salleh mengatakan, bahkan selama masa Nabi Muhammad SAW memperhatikan  bidang pengobatan yang prinsip kedokteran itu diberikan kedudukan  istimewa olehnya.

Nabi Muhammad mendorong para wanita di keluarganya untuk belajar tentang obat-obatan dari wanita lain yang memiliki pengetahuan tentang hal itu. Sangat penting bahwa selama masa Nabi di Madinah, perempuan dihormati karena pengetahuan medis mereka.

Dalam karya at-Thabari yang berpengaruh, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, dinyatakan, perempuan bernama Rufaidah ditunjuk Nabi Muhammad SAW untuk mengelola sebuah rumah sakit lapangan di sekitar masjid an-Nabawi di Madinah. Rumah sakit lapangan melayani mereka yang membutuhkan perawatan medis, serta tempat penampungan sementara bagi mereka yang baru saja tiba di kota.

Seorang jenderal Muslim, al-Ahnaf Ibnu Qais, yang hidup selama masa Nabi, menekankan bahwa pengetahuan medis adalah salah satu dari tiga bidang pengetahuan penting yang harus dikuasai umat Islam.

Al-Ahnaf disebutkan telah mengatakan tidak ada orang yang berpengetahuan bisa mengabaikan tiga jenis pengetahuan, yakni pengetahuan untuk mempersiapkan dia di akhirat, pengetahuan untuk membantu dia dalam hidupnya di dunia ini dan pengetahuan medis untuk membantunya mengobati penyakit.

Dengan demikian, pengetahuan medis bukanlah hal asing bagi muslim. Faktanya, dengan banyak inovasi dan kemajuan di bidang medis, kaum muslim di masa lampau mendorong pengobatan ke tingkat yang paling luhur.

Sementara itu, obat modern dibuat di atas pengetahuan medis seperti yang dikembangkan oleh para cendekiawan muslim di antaranya

dalam buku Sejarah dan Peradaban Muslim. Ehsanul Karim menulis bahwa Ibn Sina menciptakan sistem pengobatan di mana praktik medis dapat dilakukan dengan menggabungkan  faktor fisik dan psikologis, obat-obatan dan diet (makanan).

Pembedahan modern tidak akan mungkin berkembang tanpa sumbangsih pikiran az-Zahrawi, yang dijuluki sebagai penemu pisau bedah, gergaji tulang, tang, gunting halus yang digunakan dalam operasi mata dan tali untuk jahitan internal.

Inokulasi mikroba juga bukan hal baru bagi umat Islam. Dua catatan pada 1714 dan 1716 menyoroti metode inokulasi yang digunakan dalam Kekaisaran Utsmaniah, yang kemudian diperkenalkan ke Inggris pada 1721 oleh Lady Mary Wortley Montagu, istri duta besar Inggris untuk Konstantinopel. Betapa islam memposisikan perempuan dan laki-laki dalam peluang yang sama berkontribusi dalam kemaslahatan ummat. Terbukti jika tidak ada diskriminasi terhadap perempuan dalam kehidupan umum seorang perempuan dan laki-laki.

Demikianlah islam memandang perempuan boleh berkiprah pada kehidupan umum dunianya. Seorang perempuan wajib menuntut ilmu dan menerapkannya untuk  kemaslahatan masyarakat. Asalkan perempuan tetap mengikuti  aturan bagaimana keluar rumah menurut Islam. Misalnya menutup aurat secara sempurna, tidak ber-khalwat, tidak ber-ikhtilat, tidak ber-tabartuj dan berakhlak mulia.

Sementara dunia Barat, dan sistem hidup lain di dunia ini merendahkan wanita. Menghargainya dengan harga murah. Perempuan hanya dijadikan untuk pemuas nafsu laki-laki dan posisinya lebih buruk dari hewan yaitu sebagai barang komoditi yang dihargai dengan uang. Sementara Islam tetap memuliakan perempuan di saat  yang lain hanya sekedar jargon memuliakan. Perempuan justru dihargai dengan nominal lebih rendah dari barang yang dia promosikan. Masihkah butuh bukti? Jika kapitalisme itu merendahkan perempuan? Lihatlah sendiri dengan hati jernih. Sesungguhnya bukti sudah sangat jelas betapa kapitalisme merendahkan perempuan.***

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.