Seputar Madina

17 Tahun Terbaring Sakit, Bupati Janji Bantu Usman


Warga Desa Lumbandolok, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Usman Zulkahfi (17) remaja, yang sejak lahir tak bisa berbuat apa-apa dan hanya terbaring di rumah panggung dan setiap hari ditemani ibunya, Rosmaita (43), dalam waktu dekat akan merasa lega. Pasalnya, Pj Bupati Madina, Aspan Sofian Batubara berjanji akan mengecek kesehatan Usman dan akan menindaklanjuti pengobatannya.
“Terima kasih atas informasinya. Dalam waktu dekat akan kita cek kesehatannya. Hari ini tidak bisa kita lakukan pengecekan, berhubung dua hari ini libur. Mungkin hari Rabu (18/5) besok akan ditinjau oleh Dinas Kesehatan,” ujar Ir H Aspan Sofian Batubara MM saat dihubungi METRO, Senin (16/5).
Aspan menjelaskan, Pemkab Madina akan tanggap mengenai kondisi masyarakat termasuk Usman yang saat ini sangat membutuhkan bantuan dari dermawan terutama pemerintah. Dia (Usman) perlu memperoleh perhatian berupa pengobatan atau bantuan kepada keluarganya.
”Akan kita tinjau melalui Kepala Puskesmas, karena kita juga perlu tahu apa penyakit sesungguhnya yang dialami oleh Usman baru kita akan tindaklanjuti,” tambah Aspan.
Sementara itu, seorang anggota DPRD Madina dari Dapil Kecamatan Siabu, Iskandar Hasibuan saat mengetahui kondisi Usman, langsung menghubungi METRO dan mengatakan sangat prihatin atas kondisi hidup Usman dan keluarganya. Menurut Iskandar, pemerintah tak boleh membiarkan kondisi tersebut dan harus memberikan pertolongan kepada keluarga Usman untuk meringankan beban keluarganya.
”Saya baru tahu masih ada warga yang memprihatinkan seperti Usman. Pemerintah jangan sampai tutup mata, dan saya berharap Usman segera memeroleh bantuan pengobatan dan bantuan biaya hidup,” sebut Iskandar.
Dalam waktu dekat, Iskandar bersama anggota DPRD asal Dapil Siabu akan berkunjung ke rumah Usman untuk melihat kondisinya. ”Kita akan berupaya supaya Usman bisa memeroleh bantuan,” tambahnya mengakhiri.
Untuk diketahui, Usman Zulkahfi (17), remaja yang mengalami penyakit mental dan lumpuh kaku meskipun belum dipastikan penyakit apa, namun sejak lahir Usman tak bisa berbuat apa-apa dan hanya terbaring di lantai papan tinggal bersama kedua orangtuanya di rumah panggung kontrakan di Desa Lumban Dolok
Usman merupakan putra kedua dari pasangan suami istri Sahadir (45) dan Rosmaita (43) yang setiap hari didampingi ibunya yang meskipun Usman tak bisa bicara seperti manusia lainnya dan hanya mampu bersuara dan bahasa isyarat. Saat itu saatnya Usman makan siang, lalu Rosmaita mengambil nasi putih dicampur bayam dan disuapkan ke mulut Usman secara perlahan, dan hanya 5 sendok makan saja Usman telah kenyang.
Kemudian, Usman berbalik lagi membelakangi wartawan, dan saat didekati Usman terus tertunduk dengan posisi terbaring sehingga air ludahnya membasahi lantai papan itu. Saat disapa wartawan koran ini mengenai radionya, Usman hanya tersenyum.
Amatan METRO, kondisi fisik atau panca indra Usman sebenarnya lengkap. Hanya saja kedua tangannya kaku tak bisa diluruskan dan selalu menghadak ke atas kemudian kedua kakinya juga terlihat sempurna hanya saja kaki kirinya tak bisa diluruskan dan berada di atas kaki kanannya dan jari-jari kakinya terlihat seperti mau mencakar.
Ibu Usman, Rosmaita kepada METRO menjelaskan bahwa anak keduanya lahir pada tahun 1993 lalu dengan kondisi sempurna seperti bayi lainnya. Dimana 6 bulan kemudian Usman belum juga terlihat memiliki kepandaian apa-apa bila dibandingkan dengan bayi seumuran Usman. Dimana usia 6ublan bayi biasanya telah belajar duduk sedangkan Usman tak bisa apa-apa hanya terbaring saja. Sejak itu muncullah kekhawatiran bagi kedua pasutri yang bekerja sebagai petani ini.
”Sejak itu kami mulai menemui orang pintar supaya Usman bisa seperti bayi yang lain dan kami juga membawanya ke mantri setempat dan dikatakan mantri, Usman tak memikiki kekurangan hanya saja perkembangannya agak lambat,” sebut Rosmaita, Minggu (15/5).
Lalu, diceritakan Rosmaita, dirinya bersama suami tak kunjung menyerah untuk membawa putra keduanya itu berobat kemana saja, hingga berusia 3 tahun Usman belum juga bisa apa-apa hanya terbaring dan yang keluar hanya suara saja.
”Usia 3 tahun mulailah nampak kaki Usman kaku dan kaki sebelah kiri naik ke atas yang kanan, kami terus bawa dia ke tabib untuk meluruskannya tetap tak berhasil juga” ujarnya sambil mengeluarkan isak tangis dan mengaku dirinya sangat sedih melihat kondisi putranya.
Dilanjutkan Rosmaita, sejak Usman lahir ia tetap menggendong Usman kemana saja pergi, baik ke sawah mapun berobat sampai Usman berusia 13 tahun. Di usian 13 tahun, Rosmaita mengaku tak sanggup lagi menggendong anaknya, dan dengan keputusannya bersama suaminya, Rosmaita tak ikut lagi membantu suaminya ke sawah dan tugasnya hanya menemani Usman bersama keempat anaknya yang lain.
”Pada usia 14 tahun saya tak sanggup lagi menggendongnya, akhirnya saya hanya bisa menemani anak saya ini sedangkan suami saya sendirian ke sawah,” katanya seraya menyebutkan bahwa disamping bersawah suaminya memiliki beruk atau monyet yang berguna untuk menurunkan kelapa warga.
Rosmaita berharap ada dermawan yang kasihan melihat kondisi anaknya dan menawarkan solusi bagaimana untuk meringankan beban keluarga ini, karena sejak anaknya menderita penyakit ini mereka belum pernah dibantu pemerintah.
”Kami belum pernah dibantu pemerintah dalam pengobatan anak kami ini, harapan kami adalah orang yang mau membantu supaya anak kami memeroleh pengobatan yang layak,” pinta Rosmaita mengakhiri. (wan/mer)
|Sumber : Metrotabagsel

Comments

Komentar Anda