Catatan : Dahlan Batubara
Banyak yang dapat disimpulkan dari hasil bincang-bincang antara Atika Azmi Utammi Nasution, B.AppFin, MFin dengan kalangan pers, kemarin.
Kegiatan bincang-bincang di restaurant Dapoer Nenek, Panyabungan, Senin (9/3/2020).
Membahas banyak sektor penting di Mandailing Natal (Madina), tentang potensi, kendala, tantangan dan peluang-peluangnya ke depan. Terutama sektor ekonomi, sosial, pemerintahan, daya saing, kompetitif hingga kemandirian daerah.
Secara akademik dia memang berbasis di ekonomi.
“Oleh karena itu saya akan fokus di ekonomi, pak Jakfar Sukhairi di birokrasinya. Beliau sudah matang di pemerintahan,” kata Atikah.
Atikah gadis dari Kotanopan, Mandailing Natal. Putri kandung saudagar Mandailing, H. Khoiruddin Nasution atau lebih dikenal sebutan Oji Koir.
Dia merupakan bakal calon wakil bupati Madina berpasangan dengan bakal calon bupati Madina, HM Jakfar Sukhairi Nasution.
Atika memperoleh Magister Financial di University of New South Wales, Australia.
Atikah melihat bahwa Madina memiliki potensi ekonomi yang begitu besar. Harus ada upaya pembaharuan sistem, penguatan manajemen dan ketajaman kebijakan agar potensi itu berbanding lurus dengan tingkat kemakmuran rakyat.
Mengembangkan basis-basis potensi lokal dengan pemberdayaan masyarakat. Hulu dan hilir. Agroindustri dan agribisnisnya. Tertata dan terukur secara jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Dan ini juga sekaligus menjawab persoalan pengangguran yang dihadapi usia produktif di Madina.
Sentra-sentra produksi harus dipeta secara akurat agar kebijakan yang diterapkan tepat.
Seiring juga sistem dan manusianya dibenahi agar Madina mampu kompetitif.
Atikah mencontohkan Indeks Pembangunan Manusia yang masih rendah, Madina masih berada di peringkat 28 dari 32 kabupaten/kota di Sumut. Harus dinaikkan minimal 10 besar.
“Bagaimana kita membangun jika IPM kita masih rendah,” katanya.
Dia menyebut kebijakan terhadap komoditi kopi sebagai salah satu sampel kelemahan strategi Madina.
Kopi Mandailing yang sangat tinggi nilainya di dunia internasional namun justru kopi Toraja dan kopi Aceh yang merajai ekspor.
Strategi di sektor hulu, tengah dan hilir butuh ketajaman.
Data akurat lapangan harus jadi acuan penting. Dan ini membutuhkan pos komando sebagai sentra kordinasi di tiap kecamatan.
Dan pos-pos komando didirikan di titik-titik yang ditetapkan itu akan menjadi kantor kerja Atikah sebagai wakil bupati di luar perkantoran pemkab.
“Selain pembenahan pada variabel-variabel itu, saya akan cari importir kopi ke banyak negara, kenapa rupanya,” imbuhnya.
Kondisi itu juga tergambar di sektor perikanan laut untuk wilayah Pantai Barat Madina. Nelayan membutuhkan penguatan-penguatan di berbagai aspek, dari sisi fasilitas tangkap hingga hilirnya agar nelayan mampu berdaya saing dan kompetitif.
“Saya akan turun ke sana agar data akurat diperoleh. Apa dan bagaimana kebutuhan nelayan,” ujarnya.
Di sisi infrastruktur juga sangat urgen dalam menopang aktivitas perekonomian rakyat di sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.
Selain ekonomi, bidang ahlak juga mejadi perhatian Sukhairi-Atikah. Dan ini akan diawali dengan penguatan eksistensi madrasah yang terhubung dengan anggaran daerah.***