SIABU (Mandailing Online) – Raja-raja di Mandailing semakin menguatkan barisan dalam mewujudkan gagasan Patujoloon Mandailing, suatu konsep “standar baru kemajuan daerah”.
Patujoloon Mandailing ini dipandang sebagai kerangka universal untuk menjawab kondisi Mandailing Natal (Madina) yang saat ini sedang juga-jage, jumarampar, jumarorap, suatu keadaan yang terus-terusan menghadapi permasalahan besar dan sangat kompleks.
Hal itu terungkap pada silaturrahim raja-raja di Bagas Godang Bonandolok, Kecamatan Siabu, Madina, Sumut, Rabu malam (22/5/2024).
Bagas Godang Bonandolok selaku tuan rumah silaturrahim 30 tokoh raja dan tokoh adat menunjukkan Mangaraja Porkas Paruhuman Hasibuan akan memperkuat barisan raja-raja Mandailing dalam mewujudkan perubahan melalui konsep Patujoloon Mandailing.
Menyambut kedatangan Patuan Mandailing dan rombongan, Mangaraja Porkas Paruhuman mengundang perangkat adat setempat dalam acara silaturrahmi itu.
“Kami sependapat, Mandailing Natal terus-terusan menghadapi permasalahan besar yang sangat kompleks. Keadaan Madina saat sedang juga-jage, jumarampar, jumarorap,” katanya.
Dia mengungkapkan, karena keadaan yang seperti itu, Madina memang membutuhkan seorang tokoh pemimpin tangguh yang mumpuni.
Sosok yang diyakini cukup siap untuk membawa Madina keluar dari problem yang melilit saat ini, yakni, H Ivan Iskandar Batubara, yang sebelumnya sudah dipilih untuk menerima gelar adat tertinggi, yakni Patuan Parimpunan Gomgom Mandailing.
Persepsi dan permohonan Raja-raja Mandailing itu pun sudah dituangkan dalam satu naskah tertulis dan sudah disampaikan kepada Ivan. Sampai sekarang, sikap Pak Ivan Iskandar Batubara tetap sama: Inda mangilak tano ditinggang udan”.
Partisipasi “Marsialap Ari”
Di silaturrahmi itu Mangaraja Paruhuman menegaskan, “Sekarang, Patuan Mandailing yang hadir bersama Mangaraja Gunung dari Gunungtua, Mangaraja Enda Junjungan Panyabungan Tonga dan Suta Soalompoan dari Mompang hendak mengajak kita yang berdomisili di Luat Bonandolok ini untuk mengambil peran atau partisipasi yang lebih besar.”
Menyahuti kalimat-kalimat pamangkal hata dari Mangaraja Porkas, Patuan Mandailing atau H Hasanul Arifin Nasution dari Bagas Godang Hutasiantar yang duduk melingkar bersama undangan menyampaikan tiga poin.
Pertama, komitmen Raja-raja Mandailing harus diteguhkan. Kedua, visi Raja-raja Mandailing dan Patuan Parimpunan Gomgom Mandailing sudah dirangkai dalam satu konsep, narasi atau gerakan besar, yaitu: “Patujoloon Mandailing Natal, Standar Baru Kemajuan Daerah”.
Ketiga, narasi besar yang sudah berjalan itu harus direspon secara partisipatif, atau dalam istilah Mandailing marsialap ari sebagaimana harapan dan kehendak yang sudah dituangkan dalam ajakan Patujoloon Mandailing itu.
Dalam budaya marsialap ari, lanjut Patuan Mandailing, “ada saatnya kita yang harus siap untuk di-sabat dan ada kalanya kita yang memberi tumpuk. Jika sekarang kita harus memberi sabat ada saatnya kita mendapat tumpuk”.
“Makanya, kita mesti ambil peran dengan dua hal: Satu, masuk dan lebur ke dalam narasi ini secara partisipatif. Dua, kita luruskan yang bengkok-bengkok dan tegakkan yang miring-miring sehingga keberadaan dan marwah kita kembali ke posisi sentral dinamika masyarakat. Kita ubah kebiasaan buruk. Hilangkan kebiasaan menerima amplop yang memunculkan cap “raja amplop”. Jangan lagi memilih pemimpin karena uang-nya,” imbuh Patuan Mandailing.
Penguatan Aspirasi
Hal yang lebih mendasar terungkap dari Drs. H Wildan Siregar yang dikenal sebaiknya pengurus parsadaan marga dan Ketua Parsulukan Simaninggir di Bonandolok.
Menurutnya, kalau memang Harajaon (tokoh/raja adat) sebagai pemimpin informal bersedia menjadi penyambung aspirasi masyarakat, perlu ada sejenis MoU (kesepakatan tertulis) Raja-raja Mandailing dengan calon bupati yang akan dipilih, yaitu Ivan Iskandar Batubara.
“Dengan begitu, Harajaon punya kekuatan yang tidak bisa diabaikan atau dilupakan begitu saja,” tegasnya.
Namun, pemikiran yang mengemuka tentang pemenangan di Pilkada, langsung ditanggapi Patuan Mandailing dengan menyebutkan, “Kalau pun nanti bicara pemenangan, yang harus dimenangkan itu, bukan individu atau kelompok, melainkan harapan besar kita, yaitu menerapkan Patujoloon Mandailing secara utuh dan berkesinambungan.”
Menutup pertemuan itu, Ustadz Sulhan Lubis pun memimpin doa secara khusus, salah satunya memohon agar konsep Patujoloon Mandailing itu nantinya benar-benar terwujud di Mandailing Natal.(rel)
Editor: Dahlan Batubara