Foto: Di atas kawah Sorik Marapi
Tympanum Novem Films, media pemberdayaan sosial yang berbasis Mandailing, pekan lalu mengirimkan tim ekspedisi ke Gunung Sorik Marapi. Ekspedisi bersama dengan Naposo Nauli Bulung Desa Simaninggir Kecamatan Siabu ini bertujuan untuk membuka tabir kawasan eksotis ini.
Berada di ketinggian 2.142 meter dan cuaca dikisaran 16 derajat celcius, daerah ini dapat dikunjungi dengan pendakian melalui Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi.
Gunung yang menyimpan berbagai kisah ini, amat dekat dengan ingatan orang di Mandailing Natal dan bekas kabupaten Tapanuli Selatan. Betapa tidak, pernah tujuh kali memuntahkan laharnya pada tahun 1830, 1879, 1892, 1893, 1917, 1970, 1986 dan yang terakhir pada tahun 1987.
Letusan tahun 1917 mengubah banyak hal dalam geografis Mandailing. Letusan itu memporak-porandakan Pesantren Musthafawiyah yang pada saat itu masih berlokasi di Kayu Laut. Karena itu dipindahkan ke Desa Purba Baru. Bencana ini juga menimbulkan migrasi hunian masyarakat ke daerah-daerah yang relatif aman dari jangkauan letusan.
Selain wisata sejarah, Gunung Sorik Marapi tentu menjadi pusat kawasan Taman Nasional Batang Gadis. Kawasan sekitar yang dilingkari hutan tropis, menyimpan keragaman hayati, baik flora maupun fauna. Lumut tebal yang menempel pada batu dan batang tumbuhan, menandai keaslian hutan. Dalam radius seratus meter persegi, kita bisa menyaksikan ratusan spesies tumbuhan langka.
“Itu luar biasa. Bahkan beberapa spesies ada yang masih belum ditambahi keterangan dalam kamus Botani,” demikian diungkapkan Askolani, Chief Executive Organizer (CEO) Tympanum Novem. Kita berharap semua potensi ini bisa dipublikasikan, sehingga bisa ditandai sebagai ikon kunjungan wisata di Indonesia, tambahnya.
Hal senada juga disebut Erwin Parsaulian Lubis, pimpinan ekspedisi. Hamparan batu vulkanik yang ditumbuhi perdu menjadi pemandangan yang luar biasa. Apalagi di sisi sebelah kawah juga terdapat danau berair jernih.
“Sayang kalau kawasan ini tidak dipublikasikan,” katanya.
Kawasan yang menjadi pusat TNBG ini memang tampak menyimpan eksotisme. Hutan tropis Mandailing diyakini syorga bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan.
“Saya percaya pada apa yang dilansir TNBG,” tambah Askolani.
Hutan ini menyimpan berbagai spesies langka semacam amfibi tak berkaki (Ichtyopis glutinosa) yang merupakan jenis satwa purba dan katak bertanduk tiga (Megophyris nasuta), dan lain-lain. Karena itu, begitu ekspedisi mencapai puncak Sorik Marapi, semua berdecak kagum, ini “syorga.”
Tympanum Novem Films berharap ada usaha-usaha yang signifikan untuk memancing kunjungan wisata ke kawasan ini. Terutama dengan membuka jalur pendakian yang lebih efektif. Juga tentu dengan promosi dan publikasi ke biro-biro perjalanan wisata. Hanya dengan begitu potensi kawsan ini berdampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sekitar, begitu kata Askolani.
Narasi/foto : Tympanum Novem Films
Editor : Dahlan Batubara