Kondisi Desa Ranto Panjang Mencekam
PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Sudah hampir 7 tahun teror harimau membantai manusia di Desa Ranto Panjang Kecamatan Muara Batang Gadis, Madina. Selama itu pula upaya pemerintah mengatasinya atau melindungi rakyatnya nyaris tak terdengar.
Berdasar data yang dikumpul Sumatra Rainforest Institute (SRI), teror dan pembunuhan oleh harimau terhadap manusia di Desa Ranto Panjang sudah berlangsung sejak tahun 2006, jumlah korbannnya sekitar 5 orang.
“Peristiwa terbaru pada tanggal 11 Maret 2013, konflik antara Harimau Sumatra dengan manusia yang mengakibatkan korban tewas bernama Karman Lubis, yang merupakan penduduk Desa Ranto Panjang Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal,” ungkap Direktur Eksekutif Sumatera Rainforest Institute (SRI) Rasyid Assaf Dongoran, pekan lalu.
Kondisi hutan yang dikonversi menjadi lahan perkebunan dan pertambangan ditengarai sebagai faktor signifikan terjadinya perubahan koridor dan perilaku Harimau Sumatra dan satwa buas lainnya.
Sehingga, menurut kesimpulan sementara tim SRI, perubahan hutan ini menyebabkan harimau mengamuk dapat berakibat buruk pada keselamatan masyarakat sekitar. Terutama Desa Ranto Panjang yang diapit perusahaan perkebunan sawit dan tembang PT. Sorikmas Mining.
Pemerintah Kabupaten Mandialing Natal harus melihat betapa ini menjadi tanggunjawab pemeritah, karena saat ini sejumlah 1.421 jiwa terancam di desa yang berada di tengah hutan ini.
Aktifitas bekerja di kebun untuk menderes getah karet terkendala akibat suasana mencekam sehingga pendapatan penduduk terancam dan ekonomi turun dratis.
Tim SRI mendapat laporan bahwa bantuan dari pemkab masih berupa penyaluran beras miskin (raskin), tetapi ini adalah rutinitas, bukan faktor insidentil. Dan itu tidak cukup karena sudah berminggu minggu dan mencapai sebulan rakyat tidak bekerja aktif sehingga biaya-biaya hidup dan sekolah anak-anak menjadi terancam.
Selain itu harapan SRI agar aparatur pemerintah kecamatan dan pemerintah kabupaten intensif mendampingi ribuan rakyatnya yang tinggal di hutan dalam keadaan mencekam ini.
Saat ini masyarakat Desa Ranto Panjang masih diselimuti rasa mencekam yang sangat luar biasa akibat teror yang dilalukan oleh Harimau Sumatera terhadap penduduk.
Sudah banyak kepala keluarga yang takut ke kebun untuk menyadap karet, yang merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk Ranto Panjang. Jika terus dibiarkan, penduduk di Desa Ranto Panjang akan mengalami keterpurukan ekonomi. Pemerintah daerah harus berbuat dan menghentikan teror harimau ini agar aktivitas ekonomi warga bisa normal kembali.
Kenyataan yang diperoleh tim SRI bahwa realitas suasana desa sangat indah, nyaman dan tentram penuh keramahan penduduk.
Hanya saja, saat ini kondisi tersebut akan serta merta berubah pada sore hari, dimana rumah-rumah penduduk tertutup sejak pukul 4 sore sampai esok pagi pukul 10 pagi akibat ketakutan ancaman harimau Sumatra.
Berdasar penuturan kepala desa, hingga kini sudah banyak penduduk yang mengungsi karena tak tahan lagi setiap hari dihantui teror harimau.
Bulan ini juga sudah terjadi arus pengungsian sebanyak lebih kurang 7 kepala keluarga. Penduduk memutuskan pindah dari Desa Ranto Panjang akibat teror, rasa mencekam dan ketakutan dan hal ini mempengaruhi penduduk yang lain.
Pihak SRI berkeyakinan bahwa Harimau Sumatera yang membantai penduduk Ranto Panjang Kecamatan Muara Batang Gadis masih akan terus mengancam jiwa penduduk desa yang berjumlah 1.421 jiwa tersebut.
Berdasar penelusuran yang dilakukan tim SRI dan penduduk setempat, jejak kaki harimau yang membantai manusia tersebut berukuran besar dan dewasa. Ukuran jejak kaki yang ditemukan lebarnya mencapai 15 centi meter dengan panjang sekitar 20 centi meter.
Berdasar ukuran jejak telapak kaki yang ditemukan, mengindikasikan bahwa badan harimau itu berukuran panjang 2,5 hingga 3 meter dengan jenis kelamin jantan dewasa, berusia sekitar 25 tahun. (dab)