Panyabungan, Setelah sepuluh tahun menghilang, Dinas Pertanian Kabupaten Mandailing Natal (Madina) kembali melakukan penanam ribuan batang Jeruk Keprok Maga di atas 50 hektare lahan di Desa Huta Tinggi dan Huta Namale, Kecamatan Puncak Sorik Merapi.
Kadis Pertanian Madina Taufik Zulhendra baru-baru ini mengatakan, Jeruk Keprok Maga yang harum wanginya dan manis rasanya, menghilang akibat diserang virus CVPD. Padahal buah jeruk sudah menjadi buah unggulan nasional sesuai Keputusan Menteri Pertanian Tahun 2003 yang kini hanya tinggal nama.
Melihat kondisi alam yang saat ini sudah mulai aman dari virus CVPD, Dinas Pertanian Madina kembali mengembangkan Jeruk Keprok Maga.
Dikatakannya, Jeruk Keprok Maga pernah menjadi sumber penghasilan warga Kecamatan Puncak Sorik Merapi puluhan tahun lalu. Berkat hasil buah tersebut banyak anak-anak warga pendidikannya sampai ke perguruan tinggi. Bahkan dari hasil panen Jeruk Keprok Maga, Kecamatan Puncak Sorik Merapi menjadi salah satu daerah penyumbang calon jamaah haji di masa jayanya Jeruk Keprok Maga.
“Dulu warga tidak membuat kebun khusus Jeruk Keprok Maga, melainkan hanya sebagai hiasan pemukinan yang berjumlah hitungan jari. Meski demikian pohon Jeruk Keprok yang rindang dan berumur 50 tahunan tersebut bisa menghasilkan 200 kg per batang dengan harga Rp25.000 per kilogramnya dalam satu kali panen pertahunnya,” sebut Taufik.
Menurut Taufik, dari sejarah dan wilayah Desa Huta Tinggi dan Huta Namale, tempat berbuahnya jeruk keprok secara normal yang di atas 700 meter di atas permukaan laut ini harus dikembangkan kembali agar tidak sampai menghilang karena prospeknya juga bisa menjadi sumber penghasilan masyarakat dan meningkatkan taraf kehidupan.
“Program ini sudah berjalan Tahun 2011 mulai dari pembersihan lahan, pelobangan hingga penanaman karena menunggu proses pembibitan yang dimulai sembilan bulan yang lalu,” sebutnya.
Diharapkan, program pemerintah ini dapat kembangkan oleh dua kelompok tani di dua desa tersebut setelah merasakan manisnya pendapatan Jeruk Keprok dimasa jayanya pada Tahun 1980-an.
“Harapan kita juga kepada Pemerintah Pusat sebagai pemberi anggaran agar tidak hanya sampai di sini saja program tersebut mengingat masih ada tahapan masa perawatan hingga sampai pada masa panen, agar apa yang menjadi cita-cita Pemerintah Daerah dan Pusat bisa tercapai,” katanya.
Darmin Pulungan, salah seorang anggota Kelompok Tani Jeruk Keprok Maga mengatakan, kerinduan untuk menikmati kembali rasa dan hasil buah asli daerah tersebut bisa cepat tercapai, karena Jeruk Keprok punya banyak sejarah yang menjadikan taraf hidup masyarakat di daerah ini menjadi sejahtera bahkan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dari hasil jeruk tersebut sudah warga rasakan. Karena di masa itu banyak dari daerah ini yang menduduki perguruan tinggi.
“Kita berharap kepada pemerintah daerah agar tidak setengah hati untuk menjankan program yang membawa kesejahteraan bagi ratusan kepala keluarga di dua desa ini ditambah dengan wakil rakyat yang duduk di gedung yang terhormat agar bisa memberikan anggaran APBD Madina sebagai biaya perawatan lanjutan di tahun ini hingga masa panen karena Jeruk Keprok memasuki masa panen di tahun kelima,” katanya. (BS-026.beritasumut)