Panyabungan,
Kadis Pendidikan Imron Lubis MM mengatakan, peran orangtua penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Mandailing Natal.
“Sesuai data masih banyak orangtua memanfaatkan tenaga anaknya membantu mencari nafkah yang seharusnya mengecam pendidikan,” ujar Imron Lubis MM di ruang kerjanya kepada wartawan, Senin (2/5).
“Untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, peran orangtua dibutuhkan.
Begitu juga masyarakat sekitar, karena meningkatnya angka pengangguran dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan siswa yang tidak mengecam pendidikan,” Jelas Kadis Pendidikan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan harus didukung sejumlah elemen, terutama dukungan dari orangtua peserta didik, karena banyak dari siswa yang putus sekolah itu disebabkan rendahnya kemauan dan dukungan orangtua terhadap siswa.
“Itulah salah satu penyebab utamanya, semestinya orangtua itu faktor utama penentu minat dan kemauan anak untuk sekolah, tetapi ternyata di Madina masih banyak ditemukan anak-anak usia sekolah membantu usaha-usaha orang tuanya,” sebut Imron.
Namun demikian, Pemkab Madina terus berupaya memberikan penyuluhan bagi masyarakat supaya saling mendukung dalam meningkatkan mutu pendidikan, salah satu upayanya menekan peran komite sekolah untuk melakukan penyuluhan kepada wali atau orangtua siswa supaya terus mendukung anak-anaknya dalam mengikuti proses belajar mengajar.
“Ada beberapa indikator yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, yaitu peran orangtua, guru, kepala sekolah serta komite sekolah, karena apabila keempat itu sama persefsi saya yakin tak ada lagi kendala dalam persoalan pendidikan anak,” tambahnya.
Menurut Kadis faktor ekonomi bukan halangan bagi anak untuk memeroleh haknya mengecap pendidikan, karena masih ada sejumlah orangtua yang menginginkan anaknya tak sekolah, terbukti dengan melibatkan anaknya untuk membantu usaha keluarga.
“Kami sering menemukan anak-anak tak sekolah bila ditanyakan dia sebenarnya mau sekolah, tetapi orang tuanya menginginkan lain,” jelasnya.
Sementara itu, Husin (50) warga Desa Sarakmatua Kecamatan Panyabungan yang memiliki 3 anak putus sekolah, mengatakan ketiga anaknya pernah sekolah tetapi hanya sampai kelas 2 dan ada yang hanya kelas 4 SD.
“Saya sebenarnya tetap menyuruh dan mendorong anak-anak saya tetap sekolah, tetapi akibat ekonomi lemah anak-anak tak mau lagi bersekolah karena setiap hari harus jalan kaki sekitar 3 kilometer, sedangkan anak-anak lainnya naik angkutan umum”. (man)
Sumber : Analisa