MEDAN- Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) masih menguasai kampus mereka di Jalan Sisingamangaraja, Medan, Kamis (2/1).
Padahal, sebelumnya pihak yayasan telah melaporkan delapan mahasiswa ke Polresta Medan atas penguasaan kampus tersebut.
“Sampai saat ini kami masih melakukan penutupan kampus. Hari ini sudah genap 34 hari, sebulan lebih sudah kami tutup dan alhamdulilah, 90 persen teman-teman kami mendukung,” kata Reza mewakili Kesatuan Aksi Mahasiswa Fakultas Kedokteran UISU (KAM FK UISU) kepada wartawan Sumut Pos (Grup JPNN), Kamis (2/1).
Penguasaan kampus ini, kata Reza, akan terus dilakukan sampai 5 tuntutan mereka dikabulkan. Adapun kelima tuntutan tersebut yakni, percepatan pendaftaran mahasiswa ke dalam Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED), penyatuan UISU, pembayaran uang kuliah setelah EPSBED keluar serta audit keuangan FK UISU dan turunkan Dekan FK Rahmat Nasution disepakati.
“Kita tidak tahu sampai kapan, yang jelas sampai kelima tuntutan kita dipenuhi,” tegasnya.
Saat disinggung masalah telah dilaporkannya delapan mahasiswa FK UISU atas penguasaan kampus oleh pihak Yayasan UISU Almunawwarah, ia mengaku pihaknya tidak merespon hal tersebut.
“Kami tidak peduli mau dilaporkan atau tidak, terserah. Nama-nama yang mereka laporkan itu juga tidak ada diantara kami semua. Semua nama salah ejaannya, itu juga bukan nama asli kita,” ujar Reza.
Aksi ini, tambah Reza juga mendapat dukungan dari orangtua mahasiswa. Bahkan beberapa orang tua mahasiswa siap terlibat.
“Sebenarnya banyak orangtua yang resah karena anaknya tidak kuliah. Tetapi setelah dijelaskan, ternyata orangtua mereka ikut mendukung. Begitu juga dengan orangtua saya, bahkan mereka mau ikut terlibat bila nantinya masalah ini tidak selesai,” katanya.
Menurutnya, melakukan proses belajar mengajar dengan keadaan konflik seperti saat ini juga tidak memiliki manfaat. “Percuma saja kami belajar kalau kondisinya seperti ini. Kita di sini bicara soal akademik, sistem akademik seperti apa bukan soal siapa yang menjadi pimpinan atau pemerintahannya,” katanya.
Menanggapi hal ini, Humas Yayasan UISU Al-Munawwarah, Ahmad Riza Siregar mengharapkan agar mahasiswa FK UISU mau peduli, khususnya dengan apa yang pihaknya telah lakukan, yakni melaporkan delapan mahasiswa ke Polresta Medan.
“Kita sudah bawa ini ke ranah hukum, harusnya mereka peduli. Kalau mereka mau melakukan aksi ya silakan. Menyampaikan tuntutan tidak mesti seperti ini. Saat ini memang belum ada lanjutan dari pihak kepolisian, tapi kita akan terus pertanyakan ini,” katanya.
UISU, lanjutnya, satu-satunya lab virus flu burung untuk Regional I Pulau Sumatera yang merupakan bantuan dari WHO melalui Litbangkes RI.
“Kalau sempat itu rusak atau dirusak makan Medan akan tercemar flu burung. Sudah hampir sebulan ditutup, dokter yang bertugas juga tidak bisa masuk jadi saat ini itu tidak ada pengawasan,” katanya. (jpnn)