PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Pengamat politik Madina, Amin Daulay mengungkapkan bahwa saat ini kondisi politik Mandailing Natal (Madina) mengarah pada situasi chaos.
Elit politik masing-masing memikirkan diri sendiri. Rakyat menjerit atau menderita dibiarkan saja. Jika ada rakyat yang berteriak, maka yang dicari adalah dalangnya, bukan substansinya. Bupati dan DPRD-nya sibuk dengan diri sendiri.
Semua sektor berada dalam posisi stagnan, tak ada gerak dinamika. Kacau. Ibarat perang, Madina masa kini tak ubahnya Vietnam. Rakyat pesimis.
Itu diungkapkan Amin Daulay dalam acara “Diskusi Publik Pilkada Madina 2015” dengan topik “Mencari Figur Ideal Calon Bupati Madina”, Kamis (2/4) di café Hotel Rindang, Panyabungan yang diselenggarakan The Rindang Magnitude kerjasama dengan Malintang Pos, Mandailing Online dan radio Start 102,6 FM Panyabungan.
Disebutkannya, para elit politik saat ini telah lari dari semangat dan ruh pendirian Kabupaten Madina. Sehingga tiga ruh semangat pendirian kabupaten ini telah dihianati.
Ke tiga ruh itu adalah mendekatkan pemerintah kepada rakyat, menyelenggarakan administrasi pemerintahan bagi kesejahteraan rakyat serta menumbuhkan partisipasi rakyat dalam pembangunan.
Para pimpinan Madina telah berubah dari prinsip melayanin menjadi dilayani. Menerbitkan kebijakan berdasar birahi kepentingan diri dan kelompok.
“ Ini kacau, jangan mentang-mentang kita dibiayai negara malah pendapat kita yang benar,” katanya.
Salah satu indikator vakumnya pertumbuhan ekonomi di Madina adalah kota Panyabungan. Panyabungan sebagai ibukota kabupaten, sekarang tidak ada tanda-tanda sebuah kota. Jangankan menumbuhkan yang baru, mempertahankan yang kaya saja susah.
Makanya, Amin Daulay mengharapkan kepada semua kalangan untuk mencari pemimpin yang tak “mangomo” dalam memimpin, tapi yang mensejahterakan, menyejukkan dan mendorong perbaikan semua sector.
Menurutnya, salah satu penyebab kondisi itu adalah rekrutmen kepemimpinan yang tak benar. Termasuk dalam pilkada. Antara yang dipilih dan yang memilih sama-sama bejat. Siapa yang bawa uang itu yang dipilih.
Oleh karenanya, dia menghimbau kepada partai politik agar di Pilkada Madina 2015 ini jika menjaring bakal calon bupati harus menjaring figur-figur ideal, jangan menetapkan bakal calon bupati berdasar kepentingan materi, tetapi harus berdasarkan semangat membangun Madina ke arah yang lebih baik.
Sebab, selaku institusi yang diamanatkan undang-undang menjaring bakal calon bupati, partai politik memegang peranan besar dalam menentukan bagus tidaknya calon yang akan ditetapkan untuk dipilih rakyat melalui bilik suara di hari H Pilkada.
Di sisi lain, peranan ulama dan mahasiswa sangat vital dalam upaya pencerahan dan pendidikan politik di tengah-tengah masyarakat, termasuk dalam tataran merubah kekacauan pola kepemimpinan Madina.
Ulama sudah harus meningkatkan kreativitasnya, harus mampu menjadi agen perubahan di semua lini dan aspek kehidupan, tidak melulu bicara akhirat.
“Bagaimana rakyat khusuk beribadah kalau “boltok male” katanya.
Peliput : Dahlan Batubara