Artikel

PUSAT STUDI KEBENCANAAN (bagian 2-selesai)

Moechtar Nasution
Moechtar Nasution

Oleh : Moechtar Nasution

 

PENELITIAN KEBENCANAAN

Penelitian dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan perwujudan dari pemanfaatan ilmu pengetahuan dan juga tekhnologi yang merupakan salah satu azas dalam penanggulangan bencana sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007. Maka tentu saja penanganan ataupun penanggulangan bencana yang baik, efektif dan efesien harus berdasarkan kepada hasil penelitian atau pengkajian yang mengandung nilai keilmiahan. Karena itu, pemerintah berkewajiban tentunya untuk mendorong keterlibatan perguruan tinggi khususnya para akademisi untuk melakukan riset dan penelitian. Riset ini dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan penanggulangan bencana utamanya yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan juga upaya untuk melahirkan inovasi terhadap sarana dan prasarana pendukung.

Peristiwa tsunami Aceh seharusnya menjadi kajian yang penting sehingga kita bisa mengambil hikmah termasuk mulai mensinergiskan peran perguruan tinggi dalam turut memberikan konstribusi ide, gagasan, saran dan pendapat sekaitan dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana khususnya dalam hal pengurangan resiko bencana, mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaan. Tugas pemerintah lainnya yang berkaitan dengan penelitian kebencanaan ini adalah mengajak swasta untuk memberikan konstribusi. Semua penelitian tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit karena itu dirasa penting untuk melibatkan swasta dalam upaya menumbuhkembangkan riset atau penelitian kebencanaan ini. Nominal rupiah yang digelontorkan pihak swasta  diharapkan mampu menjadi stimulus bagi para peneliti baik dari perguruan tinggi negeri dan swata maupun partikelir untuk berlomba melakukan kajian dan penelitian secara bersaiang dan kompetitif. Sudah saatnya perusahaan melirik dunia riset kebencanaan ini sebagai tempat pengalokasian dana CSR karena ini memang memiliki urgensi dan sangat vital tentunya.

Dengan pengalaman kebencanaan yang dimiliki bangsa ini, seharusnya kita lebih terdepan untuk mengutamakan berbagai program dan kebijakan negara yang secara langsung bersentunhan  dengan penyelenggaran penanggulangan bencana.

Sedangkan masyarakat internasional kerap dan sering menjadikan Indonesia sebagai referensi dan literatur kebencanaan dalam setiap pengambil kebijakan dinegara mereka, sementara kita yang hidup didaerah rawan bencana malah terkesan mendiamkan hal ini? Miris memang namun tentu saja wacana untuk menggalakkan penelitian kebencaan ini jangan berakhir. Harus ada yang menggelorakan ini sehingga pihak yang berkompenten dalam hal ini merasa perlu untuk menganggap ini sebagai sesuatu yang penting untuk dilaksanakan .

WHO, badan kesehatan dunia PBB pada tahun 2012 yang lalu pernah mengembangkan “Collaborating Research in Disaster Risk Reduction” yakni semacam pelatihan dan penelitian bagi penanggulangan bencana dalam bidang kesehatan. Khetrapal Singh, utusan WHO ketika itu mengatakan, pengalaman bencana di Indonesia menjadi pelajaran bagi negara-negara di dunia untuk siap siaga.

“Indonesia menjadi acuan negara di dunia untuk proses penanganan bencana yang tidak dapat diprediksi kapan waktunya. Untuk itulah lewat pusat pelatihan dan penelitian ini yang berpusat di Indonesia, negara-negara di dunia diharapkan makin waspada akan bencana,” sebutnya. Penelitian ini ujarnya harus terus dilakukan untuk menjadi rujukan terpercaya bagai pengembangan sektor kesehatan utamanya dalam penanggulangan bencana dan Indonesia menjadi contoh atau bukti nyata tentang penanggulangan bencana.

DR.Irwan Meilono dari Graduate Research on Eartgquake and Active Tectonics (GREAT) Institut Teknologi Bandung pernah mengungkapkan bahwa Indonesia masih belum memiliki pusat studi kebencanaan yang terintegrasi padahal semua pihak sudah tahu dan paham bahwa negara kita negara rawan bencana. Ironisnya lagi, studi kebencanaan sebagai salah satu bahagian dari pusat studi kebencanaaan juga tergolong masih sangat sedikit. “Untuk itu kami merasakan perlu sekali ada pusat penelitian khusus terkait bencana, tidak hanya gempa bumi, tetapi juga gunung api,” ujarnya sambil menambahkan program pendidikan bidang kebencanaan yang digelar ITB sejak 2011 sudah berjalan dengan baik. Tetapi masih perlu dikembangkan agar lebih menyeluruh dalam meneliti potensi dan mitigasi bencana di tanah air.

 

PUSAT STUDI BENCANA

Dipastikan beberapa perguruan tinggi negeri ternama sudah banyak yang membentuk kelompok kajian yang mengupas masalah kebencanaan ini dalam berbagai format dan kelembagaan yang memiliki tupoksi bervariasi. Tercatat Unsyiah Banda Aceh, ITB, UGM,IPB, UI dan beberapa perguruan tinggi negeri lainnya sudah memiliki pusat penelitian atau juga pusat studi kebencanaan. Tahun 2014 pernah dilaksanakan pertemuan ilmiah tahunan yang pesertanya terdiri dari akademisi, ilmuwan, peneliti dan praktisi yang bergerak dalam bidang kebencanaan dalam rangka melaksanakan peran mereka menggunakan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi untuk membangun ketahanan di semua tingkatan. Pertemuan ini menghasilkan cetak biru penelitian kebencanaan untuk masa 2015-2019. Selain itu, mereka juga sepakat untuk membentuk wadah yang bisa menaunginya secara professional. Ada banyak peran yang bisa dilakukan oleh kajian kebencanaan ini antara lain menganalisa kebijakan dan program pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, mengoptimalisasikan kemampuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk pencegahan bencana, melakukan research tentang efektifitas tanggap darurat, penyediaan data dan informasi, mendokumentasikan kajian kebencanaan, melakukan sosialisasi kebencanaan,merubah image masyarakat tentang bencana, pengembangan kemampuan masyarakat menghadapi bencana, merumuskan prosedur dan standarisasi tanggap darurat, rekonstruksi dan rehabilitasi pasca bencana, mengembangkan ketahanan pribadi masyarakat, merumuskan penangananan trauma dan penyembuhan psikologis masyarakat, pengembangan ketahanan pangan masyarakat, pengembangan sistim informasi bencana, pengembangan sistim peringatan dini, peningkatan sumber daya manusia petugas kebencanan dan masih banyak lagi program/ kegiatan yang  bisa dilaksanakan.

Mandailing Natal, seperti yang diketahui merupakan daerah rawan bencana. Badan Penanggulang Bencana Provinsi Sumatera Utara mencatat kabupaten Madina dan Nias merupakan daerah yang memiliki kerawanan paling tinggi terhadap bencana di Provinsi Sumatera Utara. Daerah yang rawan bencana banjir yaitu Kecamatan Panyabungan, Siabu, Naga Juang, Panyabungan Utara, Hutabargot, Kotanopan, Batang Natal, Rantobaek, Natal, Muara Batang Gadis. Sementara yang rawan longsor Kecamatan Panyabungan Timur, Kotanopan, Muara Sipongi, Pakantan, Batang Natal, Muara Batang Gadis. Yang sangat rawan terjadi tsunami, yaitu Kecamatan Natal, Muara Batang Gadis, dan Batahan. Selain itu masih ada Gunung Berapi dengan kategori aktif yaitu Gunung Sorik Marapi.

Maka tentunya banyak hal yang harus dipersiapkan sejak dini untuk melakukan serangkaian kegiatan dengan tujuan menciptakan masyarakat yang tangguh menghadapi bencana salah satunya yang mendesak adalah pendirian pusat studi bencana. Kelak diharapkan dengan hadirnya pusat studi bencana ini akan bisa melahirkan berbagai rekomendasi kepada pihak terkait untuk dijadikan sebagai referensi dalam hal pengambilan keputusan sehingga penyelenggaraan penanggulangan bencana dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.


PENUTUP

Sekarang, semuanya terpulang kepada kita sebagai bangsa, sebagai daerah, sebagai pemerintah, sebagai swasta dan juga sebagai masyarakat apakah menganggap ini urgen dan vital serta strategis untuk dilaksanakan? Jika ini dianggap penting tentunya pekerjaan besar ini harus digotong royongkan secara bersama. Tanggung jawab penyelenggaraan penanggulangan bencana bukanlah semata mata tanggung jawab pemerintah namun merupakan tanggung jawab bersama seluruh anak bangsa tanpa terkecuali. Ini bukan tanggung jawab parsial dan sektoral namun lebih kepada penanganan secara terpadu dan bersinergis.

Telah banyak perguruan tinggi yang berdiri di Madina. Peran serta mereka dalam kajian kebencanaan ini sangat dinantikan. Untuk itu, harapan kita tentunya sinegitas antara perguruan tinggi dengan pemerintah tercipta dengan harmonis sehingga terwujud dalam prinsip yang saling membantu antar sesama. Saatnya sekarang semua pihak membuka mata dan melihat berbagai potensi bencana yang berada dalam kehidupan sebagai suatu ancaman serius yang membutuhkan penanganan secara sistimatis, gradual, terarah dan terpadu. Insya Allah, kita pasti bisa…Wallahu Aqlam.

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.