Artikel

Sofwat Pelopor Perubahan Menguat, Atika Lokomotif Ekonomi Tenggelam

Hari pencoblosan Pilkada Madina tinggal sebulan lagi.

Hingga posisi ini pasangan Sofwat-Beir masih unggul di kancah penggiringan opini publik oleh tim media yang solid.

Tim publikasi pasangan nomor urut 3 ini sangat teguh dan konsisten menyuarakan idiom-idiom “pelopor perubahan”; “pemimpin tegas dan bersih”; “harapan baru telah lahir”.

Idiom-idiom itu begitu kuat mempengaruhi publik, terutama kalangan pemilih yang sudah jenuh pada kondisi Madina yang lambat berkembang.

Sementara, kubu SUKA (Sukhairi-Atika) yang sebelumnya telah diharapkan sebagai lokomotif ekonomi Madina justru tenggelam dalam kancah perang opini.

Gagasan-gagasan Atika Azmi Utammi yang sesungguhnya sangat tajam dan komprehensif bagi kebangkitan ekonomi Madina justru mati suri atau layu sebelum berkembang ditengah tidak adanya media arus utama (mainstream media) yang mempublikasikannya.

Apakah tim SUKA memiliki konsultan kampanye atau konsultan media? Saya tidak tahu.

Padahal pasangan SUKA sebenarnya memiliki keunggulan lebih dibanding pasangan lainnya. Terutama keunggulan Atika.

Atika memiliki tiga keunggulan, 1) perempuan, 2) milenial, 3) gagasan penguatan ekonomi.

Tim media atau konsultan kampanye SUKA tidak mampu mencemeti pemilih dari kalangan kaum perempuan. Jargon dan idiom serta rasa segender yang membius tidak muncul, sehingga potensi kaum perempuan yang justru lebih mendominasi Daftar Pemilih Tetap tidak terkuasai.

Bahkan kaum milenial yang juga membludak di Pilkada Madina 2020 ini pun masih mengambang, belum mampu terkerucutkan kepada Atika sebagai satu-satunya kandidat yang mewakili generasi milenial.

Rakyat yang masih dibelenggu kesusahan hidup; jumlah pengangguran yang tinggi; lapangan usaha yang terseok; lapangan kerja yang sempit; perdagangan yang stagnan; kondisi pertanian perkebunan nelayan di Madina, semuanya menunggu lokomotif ekonomi, dan semua itu sejatinya ada pada gagasan-gagasan Atika.

Tetapi apa boleh buat. Konsultan kampanye dan tim media SUKA terkesan diam dan tidak mampu menguasai media massa arus utama.

Padahal media arus utama itu merupakan senjata utama dan satu-satunya wadah mempengaruhi sejumlah besar orang dan merefleksikan serta membentuk opini publik.

Pasangan SUKA justru terjebak pada hiruk pikuk akun-akun facebook amatiran yang dilahirkan tim sukses dan simpatisan.

Akun-akun facebook itu tidak terkordinir, tidak sistematis, tidak berpijak dari simpul kajian-kajian strategis sehingga lemah dalam perang opini.

Alhasil, jangankan sekadar mendengar gagasan tajam perubahan ekonomi Atika, untuk memahami makna “Mandiri” dan “Kompetitif” saja rakyat masih buta.

Sebaliknya, tim media Sofwat-Beir yang dimotori BeritaHuta dan Malintang Pos online dan versi cetak berjaya menguatkan konsolidasi opini publik dalam strategi menggaet pemilih dari kalangan yang menginginkan perubahan untuk mengerucut kepada sosok pasangan nomor 3.

Konsistensi tim media Sofwat pada jargon pelopor perubahan itu begitu kuat mengawal gerakan tim darat Sofwat-Beir.

Di kubu petahan atau pasangan Dahlan-Aswin (Dahsyat) tim media relatif mampu meredam sisi-sisi negatif sang petahana.

Tim media pasangan ini lebih memilih menghindar dari idiom visi serta janji. Pilihan itu sangat logis karena umumnya petahana memiliki sisi lemah selama menjankan pemerintahan.

Jargon “tuntaskan” dan “lanjutkan” serta strategi “merakyat” Dahlan Hasan dipoles dengan publikasi ulang item-item keberhasilan menjadikan posisi petahan hingga saat ini relatif aman dari serangan kampanye hitam. (Dahlan Batubara)

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.