Catatan: Muhammad Ludfan Nasution
Konferensi Cabang Dewan Pengurus Cabang Partai Demokrasi Iindonesia Perjuangan Kabupaten Mandailing Natal (Konfercab PDI-Perjuangan Madina) yang dilaksanakan secara serentak di Kota Ranto Prapat pada Selasa, 10 Maret kemarin memang sudah usai. Ketua baru untuk periode 2015-2020 pun sudah terpilih. PAC yang menjadi peserta Konfercab pun boleh merasa lega karena sudah lepas dari rasa cemas.
Namun, sebagai sebuah perhelatan yang menegangkan dan menentukan, beberapa riak dan alur Kongfercab layak menjadi catatan, bukan saja bagi kader PDI Perjuangan. Ada magnitute yang patut dicatat sebagai hikmah demokrasi.
Tak bisa diabaikan, Konfercab PDI Perjuangan se-Sumut ini sudah menjadi mekanisme dialogis yang hidup, ketika kebesaran partai membaca dan memetakan potensi personal dan leadership (kepemimpinan) kader-kader terbaiknya.
Tinggalkan Tradisi Voting
Seperti kebiasaan sejumlah partai pada kurun 5-10 tahun lalu, peletakan kekuasaan tertinggi dalam kepengurusan kabupaten di tangan pengurus kecamatan diterima sebagai cara pengambilan keputusan terbaik. Makanya, momentum seperti Konfercab menjadi ajang menegangkan dan unjuk kebolehan bagi setiap PAC.
Maka, logikanya, momentum Konfercab dengan sendirinya menjadikan PAC sebagai primadona, barang mahal dan rebutan sengit bagi petarung-petarung yang masuk bursa Calon Ketua di kepengurusan, termasuk level kabupaten (DPC). Sebaliknya, para Calon Ketua memainkan strategi, taktik dan jurus masing-masing untuk memikat dan mengikat komitmen pimpinan PAC dalam menjatuhkan pilihan. Ujungnya, terkadang dengan segala cara, termasuk metode karantina, jebakan dan iming-iming materi, ketua terpilih adalah yang paling banyak dapat suara PAC.
Sekalipun bisa saja diyakini sebagai metode yang paling elegan, tata cara voting suara PAC itu akhirnya mengesampingkan dan mengecilkan kualitas personal para calon ketua, lebih-lebih yang tidak memiliki dukungan finansial (termasuk dengan mengandalkan pendana dari luar partai). Yang bisa memenangkan pertarungan adalah mereka yang punya banyak uang dan strategi-taktik yang dapat mematikan rasionalitas petinggi PAC-nya.
Bagi PDI Perjuangan, dominasi angka atau jumlah suara dalam pemilihan, misalnya Ketua DPC PDI Perjuangan Madina, menjadi relatif. Personalitas, kapasitas dan kepemimpinan Calon Ketua DPC harus lebih di-explor, diapresiasi dan dikompetisikan. Sehingga kemungkinan salah pilih itu jadi kecila. Selain itu, politik dalam menentukan pemimpin partai politik itu menjadi lebih signifikan, elegan, santun.
Dengan begitu, kader dan pimpinan di level PAC lebih mengenal kapasitas ketua-nya dan tentu saja lebih percaya diri, apalagi kalau ternyata kedekatan Ketua Terpilih dengan pimpinan PAC itu terjalin karena kualitas personal masing-masing (bukan money politic).
Tajamnya Visi Sang Ketua
Sebelum Konfercab, DPC PDI Perjuangan Madina membuka pendaftaran balon ketua. Maka, melalui PAC, masing-masing pengurus ranting mengajukan usul dan muncullah 7 nama kader terbaik, yaitu: 1) H. Kari Hasan Daulay (inkamben); 2) Anas Suheri; 3) Ali Anafiyah; 4) Iskandar Hasibuan; 5) Khairul Amri; 6) Khairil Anwar; dan 7) M Rahim Nasution.
Selanjutnya, Panitia bersama HIMSI Pusat menyaring ketujuh calon tersebut hingga tinggal lima nama melalui uji kelayakan dan kepatutan (vit and proper test) . Kelima calon yang sudah diranking inilah yang kemudian dibawa ke Kongfercab: 1) Iskandar Hasibuan; 2) H. Kari Hasan Daulay (ketua); 3) Ali Anafiyah; 4) Anas Suheri; 5) Khairul Amri.
Di Konfercab, kelima nama disaring kembali dengan metode khusus untuk mengambil tiga nama berdasarkan poin (ranking) tertinggi, yaitu: Iskandar Hasibuan, Ali Anafiyah dan Anas Suheri. Lalu, yang lebih menarik karena terbilang unik, ketiga tokoh itu musyawarah untuk menjajaki siapa yang paling berpeluang menjadi ketua. Bisa dibayangkan jika kultur timur yang ogah unjuk diri bicara soal ketua. Padahal, sebelumnya, mereka maju sebagai calon sudah tentu punya keinginan jadi ketua terpilih.
Hasilnya? Ternyata, ketiganya belum dapat memadukan pendapat. Kesan tarik-menarik dan tolok-menolak sesama calon terjadi. Tetapi, hingga berembuk dalam dua babak, tetap berakhir deadlock. Tak ada kata sepakat. Makanya, mereka butuh pendapat pihak lain. Maka, panelis kembali melibatkan beberapa PAC.
Setelah mendengar dengan seksama opini lima dari 17 PAC yang hadir, panelis yang terdiri dari unsur pengurus DPD Sumut dan DPP PDI Perjuangan menentukan ending musyawarah pemilihan Sang Ketua.
Sebagaimana penyampaian panelis dalam kesempatan itu, potensi dan kapasitas seorang kader diukur berdasarkan visi, konsepsi dan sinergi.
Selaku representasi dari DPP PDI Perjuangan, Prof. Rahmawi menyampaikan, "Maka bersadarkan sejumlah pertimbangan, terutama tiga kriteria tersebut, kami memutuskan bahwa yang paling layak untuk memimpin DPC PDI Perjuangan pada periode 2015-2020 adalah Iskandar Hasibuan, SE."
Di kesempatan selanjutnya, panelis juga menyampaikan, hal lain yang tak kalah penting adalah kemampuan kader, terutama di posisi ketua, adalah membaca posisi dan kedudukan PDI Perjuangan sekarang ini. Tentu saja ada keunggulan dan ada juga kelemahan.
Karena itu, selaku ketua terpilih, Iskandar Hasibuan menyampaikan dalam pidato perdananya, selain mempertahankan keunggulan tersebut, setiap kader harus mampu berpikir mewujudkan pengembangan partai.
"Sebagai Ketua, saya punya visi untuk terus mengembangkan PDI Perjuangan di Mandailing Natal. Saya juga yakin mampu mewujudkan visi besar ini. Tentu saja, dengan dukungan dari semua kader, terutama kawan-kawan yang sudah maju sebagai calon ketua," tegas Iskandar Hasibuan yang langsung disambut dengan tepuk tangan dan sorak-sorai sempatik.
Dia mengakui, akan mendapat tantang sangat berat jika saja dia sebagai ketua gagal merangkul. "Bagaimana saya bergandengan dengan pihak-pihak yang lebih luas jika kawan-kawan yang sudah di dalam justeru menjauh? Lebih-lebih karena saya hendak membawa PDI Pejuangan kembali ke tengah-tengah masyarakat Mandailing Natal," ungkapnya bersemangat.
Konfercab sudah usai. Iskandar Hasibuan langsung kerja. Sehari setelah kambali ke Panyabungan, Iskandar langsung beres-beres dan bersih-bersih. Wajah Kantor DPC PDI Perjuangan Madina pun langsung berubah. Makin bersih, makin merah dan makin semangat.
Selamat memimpin Abanganda. Semoga makin sukses. Terus asah visi, kembangkan PDI Perjuangan di Bumi Madina.***