Oleh: Alfisyah Ummu Arifah
Guru dan Pegiat Literasi Islam
Hijrah itu tak semudah yang dibayangkan. Hijrah itu butuh perjuangan. Hijrah juga butuh kondisi lingkungan yang kondusif. Bahkan hijrah akan mudah semudah melangkah jika kita bisa istiqomah.
Fenomena artis hijrah, fenomena milenial hijrah dan fenomena nonmuslim hijrah ke dalam islam kini seperti jamur di musim hujan. Penularannya sangat kuat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Namun ternyata mudahnya hijrah tak semudah mempertahankannya agar tetap kuat. Sebagaimana panasnya memegang bara api. Tak sedikit yang futur dan tak sedikit juga yang terseok-seok karena itu. Bagaimanakah caranya agar hijrah itu semudah melangkah?Bagaimana juga agar hijrah tetap bisa istiqomah?
Sesungguhnya hijrah itu akan tetap istiqomah jika dibangun berdasarkan aqidah yang kuat. Akidah itu adalah pondasi dasar sebuah bangunan. Jika dia kokoh maka tak akan roboh karena apapun. Hijrah yang ditopang oleh akidah yang kokoh terlahir dari jiwa yang mampu menjawab pertanyaan mendasar pada dirinya. Beberapa pertanyaan mendasar itu adalah tentang dirinya dari mana berasal, hendak melakukan apa di dunia ini dan hendak kemana setelah dunia ini.
Pertanyaan ini mesti dijawab dengan jawaban yang benar. Jawaban itu adalah bahwa dirinya berasal dari Allah. Allah menciptakannya untuk diuji di dunia dengan amalan dan ibadah. Setelah di dunia ini hamba tadi aksn pulang kembali membawa amal yang sudah dilakukannya.
Kesimpulannya hijrahnya dia karena Allah, untuk Allah, untuk bisa beribadah dan pulang kepada Allah dalam keadaan yang baik.
Selain hal di atas, agar hijrah juga menjadi semudah melangkah adalah dengan syariat. Syariah islam menjadi atmosfer pendukung bagi siapapun yang berhijrah. Sebab tak dipungkiri, hijrah itu butuh kondisi lingkungan yang kondusif. Adanya negara yang sekuler kapitalis telah membuat kaum muslimin berada dalam habitat yang salah. Sulit sekali untuk taat pada Allah. Setiap upaya menuju ketaatan sering terhalang dengan berbagai masalah yang dimunculkan oleh lingkungan yang sekuler. Lingkungan syaitan yang menggoda secara gencar. Syaitan yang ingin memiliki banyak teman untuk bersama di neraka.
Inilah sulitnya jika negara tidak hadir memberikan reward dan kemudahan bagi orang yang berhijrah. Demikian juga absennya negara terhadap pelaku maksiat yang merajalela. Padahal negara itu harusnya memiliki kewenangan memberikan sanksi bagi pelaku kriminal.
Hal yang terakhir agar istiqomah dalam dakwah adalah dengan berjamaah dalam barisan orang-orang yang memperjuangkan Islam. Bahasa jawanya “ingkang sholeh kumpulono”. Artinya bergabung dalam komunitas kebaikan yang disana ada amar ma’ruf nahi munkar. Semua itu agar hijrah tetap mendapatkan suasana yang stabil. Keimanan pun berada dalam tempat yang aman.
Nah, untukmu yang sedang berhijrah. Marilah perbaiki asas hijrahmu (akidahmu), dan wujudkan habitatnya dalam dakwah agar terlaksana syariah islam yang mulia dalam seluruh aspek kehidupan. Begitu juga dengan tetap dalam barisan dakwah jamaah. Bagaimanapun berjamaah tetap lebih baik dari sendirian.