Seputar Madina

Irigasi Batang Gadis “Sekarat”, 11 Desa Krisis Air di Madina

Ini adalah saluran Irigasi Batang Gadis titik lintas Desa Gunung Tua Jae, Kecamatan Panyabungan. Diabadikan Sabtu (5/6/2021). Foto: Dahlan Batubara

PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Volume air di Saluran Kanan Irigasi Batang Gadis di Mandailing Natal telah bertahun-tahun “sekarat”.

Akibatnya, petani di dua kecamatan menjerit. Yaitu Kecamatan Panyabungan dan Panyabungan Utara.

Para petani dari dua kecamatan ini yang diwawancarai dalam dua pekan terakhir (tanggal 3 hingga 17/6/2021) mengungkapkan kesulitan ini telah berlangsung hampir 10 tahun, lalu mengalami “sekarat” dalam 3 tahun terakhir.

“Pasokan air tak ada lagi dari irigasi,” ungkap Hanun, petani yang menggarap sawah di Gunung Tua Jae Kecamatan Panyabungan, Sabtu (5/6/2021).

Saba Palas Indah, Saba Palas Tonga, Saba Palas Jae, Saba Olat-olat sudah bertahun-tahun krisis air sawah. Ini kawasan Sipolu-polu, Panyabungan Jae, Panyabungan Tonga, Adian Jior, ujar Seri Lubis keluarga petani di Panyabungan Jae, Rabu (16/6/2021).

“Hamparan di Saba Jambu dan Iparbondar betul-betul krisis air sawah,” ujar Kadek Jakoje petani yang menggarap sawah di kawasan perbatasan Iparbondar dan Saba Jambu, Minggu (13/6/2021).

Berdasar investigasi wartawan dalam sepekan terakhir, setidaknya terdapat puluhan hamparan persawahan pada sedikitnya 11 desa dan kelurahan di Panyabungan dan Panyabungan Utara yang mengalami krisis air akibat irigasi yang “sekarat”.

Yakni, Desa Panyabungan Tonga, Panyabungan Jae, Adian Jior dan Kelurahan Sipolu-polu, Desa Iparbondar, Kampung Padang, Saba Jambu, Gunung Tua Jae, Gunung Barani, Sarak Matua dan Mompang Julu.

Arus air yang normal hanya sampai di titik pintu Sipolu-polu saja, tepatnya di sebelah rumah makan Adian Paranginan. Yaitu, pintu persimpangan saluran primer dengan saluran sekunder Sipolu-polu.

Dari titik ini, volume air sudah “sekarat” menuju kawasan Desa Iparbondar, Kampung Padang, Saba Jambu, Gunung Tua Jae, Gunung Barani, Sarak Matua dan Mompang Julu.

“Air hanya sampai di pintu Sipolu-polu saja. Seterusnya tak lagi normal sampai ke kawasan Gunung Tua, Saba Jambu, Gunung Barani. Apalagi Mompang,” kata petani marga Nasution dari Gunung Tua Jae.

Petani menduga, volume air irigasi yang “sekarat” ini disebabkan rendahnya volume air yang masuk dari pintu utama yang berada di bendungan Batang Gadis.

Akibatnya air hanya cukup untuk sekitar seperdelapan dari total panjang seluruh badan primer dan sekunder Saluran Kanan Irigasi Batang Gadis.

Kondisi itu menyebabkan petani menjerit, banyak sawah yang kekeringan akut bertahun-tahun.

Peliput: Dahlan Batubara

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.