Oleh: Muhbib Abdul Wahab
Ramadhan merupakan sebuah sistem pendidikan Rabbani yang sangat efektif bagi pembentukan kesadaran diri dan karakter mulia.
Pendidikan Ramadhan bersifat holistic integrative dan komprehensif, meliputi: pendidikan spiritual, sosial, intelektual, akhlak (moral), fisik, kesehatan, ekonomi, politik, dan budaya. Tujuan pendidikan Ramadhan adalah mengatualisasikan takwa pada diri mukmin yang berpuasa dalam kehidupan sehari-hari.
Ibarat sebuah madrasah atau universitas, saat Ramadhan para peserta didik, ditempa dan dilatih secara ketat dan penuh disiplin sehingga setelah lulus Ramadhan menjadi alumni yang berintegritas tinggi, mumpuni, berprestasi, dan unggul serta berdaya guna. Hal itu tidak hanya memberikan maslahat untuk dirinya, tetapi juga bermanfaat untuk keluarga, lingkungan, masyarakat, dan bangsanya.
Takwa personal yang dihasilkan pendidikan Ramadhan, idealnya membuat mukmin semakin memiliki integritas kepribadian yang utama dan mulia, tahan dan kebal terhadap aneka godaan duniawi dan bujuk rayu setan.
Sedangkan, takwa social cultural dari buah Ramadhan adalah tumbuhnya kesadaran kolektif dan komitmen kuat di kalangan umat Islam untuk membangun peradaban yang berkemajuan.
Ramadhan memang didesain untuk membentuk mukmin yang saleh dan muslih. Karakter saleh dan muslih sangat diperlukan untuk membangun budaya berprestasi dan berkemajuan bagi umat dan bangsa.
Takwa itu multidimensi karena di satu segi, takwa merupakan modal hidup, dan di segi lain merupakan proses dan orientasi kehidupan yang harus menjadi spirit perjuangan setiap Muslim. Menjadi orang bertakwa itu selalu berproses, memerlukan waktu, kinerja dinamis, berlangsung terus-menerus, dan tidak mengenal kata selesai.
Menjadikan takwa sebagai modal hidup merupakan perintah Allah SWT: “Bawalah bekal karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!” (QS al-Baqarah: 197).
Takwa sebagai proses perjalanan hidup yang harus dilalui Muslim sejatinya dapat mengantarkan pada derajat dan kualitas hidup yang lebih tinggi. Karena itu, perintah bertakwa dalam Alquran itu disertai dengan harapan-harapan masa depan yang lebih baik, yaitu menjadi orang-orang yang beruntung, mendapat rahmat Allah SWT, dan menjadi orang-orang yang bersyukur.
Proses bertakwa atau menempuh peta jalan takwa itu diperlukan agar Muslim bisa menjadi orang beruntung (muflih, faiz), pemenang (hawa nafsu dan godaan setan), mendapat rahmat Allah, dan menjadi orang yang bersyukur. Menjadi orang bertakwa berarti proses menjadi pemenang yang beruntung di dunia dan akhirat serta selalu memperoleh rahmat-Nya.
Profil lulusan universitas Ramadhan itu idealnya beriman kepada Allah SWT, melaksanakan shalat dengan istiqamah, gemar berinfak, bersedekah, baik pada waktu lapang maupun susah, menahan amarah (tidak mudah emosi), memaafkan sesama, mengingat Allah ketika akan berbuat zalim atau keji, dan selalu beristighfar kepada Allah.
Lalu, tidak meneruskan perbuatan kejinya, melaksanakan shalat dan mengeluarkan zakat, memberikan dermanya kepada sanak kerabat, anak-anak yatim, dan fakir miskin, menepati janji, apabila berjanji (berkomitmen), bersabar dalam kesempitan, penderitaan, dan perang, menjadi orang yang benar dan jujur dengan keimanannya.
Aktualisasi takwa yang mengantarkan pada keberuntungan, kasih sayang Allah, dan kebersyukuran tersebut harus dapat dibuktikan dalam kehidupan nyata. Indikatornya adalah orang bertakwa itu senantiasa berkompetensi menyelesaikan persoalan sekaligus memperoleh rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka(QS at-Thalaq [65]: 2-3).
Semoga Ramadhan ini dapat mengantarkan para shaimin menjadi orang bertakwa dalam arti yang sesungguhnya! (Republika Online)