Artikel

Potret Buruk Akhlak Remaja Masa Kini

Oleh: Radayu Irawan, S.Pt
Penulis, tinggal di Padangsidimpuan

Rusaknya akhlak remaja masa kini, kian hari kian menjadi. Jika dahulu, orangtua dijunjung tinggi dan disegani, kini malah di-bully. Viral-nya sebuah video remaja di Tapanuli Selatan yang menendang seorang nenek sontak meramaikan media massa. Netizen sangat geram dan kesal menyaksikan video tersebut. Timbul komentar-komentar dengan harapan, remaja tersebut harus diberikan hukuman hingga membuat mereka jera.

Rasanya, tak mungkin ada orang yang tega mem-bully seorang nenek tua renta. Seyogianya nenek-nenek disayangi dan diayomi. Namun apa hendak dikata, remaja masa kini malah merekam hingga tertawa setelah melakukan bully terhadap nenek. Dimana ditaruh hati nurani yang seharusnya telah terpatri?

Beginilah potret akhlak remaja masa kini. Nilai-nilai islami kian hari sudah tak dipedulikan lagi. Tak ada lagi rasa iba, belas kasih serta empati. Kalau sudah begini, apa sebab ini terjadi?

Mereka bukan remaja yang tak berpendidikan. Seyogianya jika sistem pendidikan saat ini, mumpuni, pastilah mereka tak akan tega melakukan bully terhadap nenek.

Bullying pelajar terhadap nenek menjadi bukti nyata betapa buruknya akhlak pelajar masa kini. Ini membuktikan gagalnya sistem pendidikan dalam mencetak akhlak mulia dan menghormati orang tua.

Inilah wajah buruk sistem pendidikan negeri ini yang dirasuki sekularisme. Yaitu terpisahnya antara agama dari kehidupan. Pendidikan sekuler telah menjauhkan pelajar dari nilai-nilai Islam. Sehingga identitas keislaman yang seharusnya melekat pada jati diri pelajar menjadi hilang. Dampaknya pelajar memiliki profil berperilaku sekularistik dan liberalistik sebagaimana budaya barat.

Di kasus lain bullying tidak diselesaikan dengan tuntas. Namun hanya dengan kompromi yang tidak memberikan rasa keadilan terhadap korban. Sehingga tak ada efek jera bagi pelaku bullying. Yang tertinggal hanyalah luka batin bagi korban bully. Hal ini juga merupakan bukti, lemahnya sistem sanksi yang tegak di negeri ini.

Beberapa sebab maraknya bullying yaitu hilangnya peran keluarga, khususnya ibu sebagai pendidik generasi. Hilangnya kontrol dari masyarakat serta rusaknya sistem sosial dan sistem hukum di negeri ini. Hal ini diakibatkan karena pengaruh hukum sekuler liberal.

Karena itulah kasus kekerasan khususnya yang terjadi di kalangan remaja tidak berdiri sendiri melainkan bersifat sistemik. Kemunculan kasus ini berkorelasi erat dari penerapan sistem hidup yang salah.

Merebaknya bullying dikalangan remaja harus ditindaklanjuti dan tidak bisa didiamkan. Umat harusnya menjadikan Islam sebagai satu-satunya sistem kehidupan yang berjalan di negeri ini. Sebab Islam diturunkan oleh Allah sebagai solusi atas setiap problem kehidupan. Islam memberikan perhatian besar kepada generasi yang merupakan pembangun peradaban gemilang.

Untuk menghentikan kasus bullying harus dilakukan dengan dua langkah yaitu langkah preventif atau pencegahan dan langkah kuratif atau pengobatan. Upaya preventif dilakukan dengan mengembalikan peran keluarga masyarakat dan negara. Sedangkan upaya kuratif dilakukan untuk mengobati atau mengatasi mereka yang memiliki kecenderungan bullying. Yang dilakukan dengan pendekatan yang akan memengaruhi pola berpikir remaja saat menghadapi fakta kehidupan sehingga dengan kesadaran penuh mereka akan meninggalkan perilaku tersebut.

Dalam perspektif Islam keluarga sebagai tempat pembentukan karakter terpenting bagi seorang remaja. Orang tua wajib memberikan teladan bagi anak bagaimana cara berkata dan bersikap yang baik. Sebab tidak sedikit para pelaku bullying berasal dari keluarga yang tak memiliki akhlak terpuji.

Orang Tua harus membekali anak dengan aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji. Karena itulah para orangtua khususnya ibu, juga harus membekali dirinya dengan Islam. Agar Ibu sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya dapat mengajarkan akhlak terpuji bagi mereka.

Islam memandang bahwa menjaga generasi bukan hanya tugas orangtua, akan tetapi butuh peran dari masyarakat dan negara. Anggota masyarakat memiliki tanggungjawab untuk saling menasehati, mengajak pada kebaikan dan mencegah tindakan yang tercela. Masyarakat tidak boleh abai terhadap permasalahan disekitarnya.

Sedangkan negara memiliki peran sentral dalam menyaring segala tontonan di media yang berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter generasi. Begitupula sistem pendidikan yang dijalankan oleh negara harus sistem pendidikan berbasis aqidah Islam. Sistem pendidikan Islam tidak hanya mencetak generasi yg pintar sains dan teknologi. Tetapi juga mencetak generasi bertaqwa yang takut berbuat maksiat ataupun melakukan akhlak-akhlak yang menyimpang dari norma agama.

Namun perlu dipahami bahwa sinergitas antara orangtua masyarakat dan negara akan sulit diwujudkan jika tata kelola kehidupan yang warnai sekuler liberal di bawah pemerintahan demokrasi. Hanya tata kehidupan yang sesuai dengan aturan pencipta yakni syariat Islam lah yang mampu membangun suasana ketaqwaan di tengah masyarakat hingga menjauhkan mereka dari kemaksiatan. Sistem kehidupan ini hanya akan tegak dalam institusi Islam yaitu khilafah Islamiyah.

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.