Mobil ini terperosok di badan jalan raya berkubang lumpur.
Tepatnya di titik Desa Bintungan Bejangkar, Kecamatan Batahan, Mandailing Natal, Sumut.
Lihatlah foto itu dengan seksama. Lumpurnya mungkin lebih setinggi lutut pria dewasa.
Berdasar laporan Sobirin warga Batahan menjawab Mandailing Online, Rabu malam (26/12/2019) mobil yang terjebak di jalan berlumpur ini tiga hari lalu saat melaju menuju arah Banjar Aur.
Tak dapat dibayangkan betapa sulitnya rakyat Batahan menghadapi persoalan infrastruktur jalan.
Angkutan umum dipastikan akan berfikir berkali-kali membuka trayek ke kawasan ini.
Mobilisasi sosial hingga mobilisasi ekonomi begitu susahnya.
Juga begitu perihnya.
Bayangkan jika istri anda harus dirujuk melahirkan ke rumah sakit.
Atau keluarga anda sakit keras.
Di Batahan tak ada rumah sakit. Hanya puskesmas.
Gerak laju aktivitas rakyat terkungkung. Ekonomi akan mandeg.
Jalan demikian akan membekkakan biaya angkutan. Harga barang kebutuhan akan lebih mahal dibanding di kecamatan lain.
Sejak Indonesia merdeka, kawasan ini tetap seolah tak merdeka.
Lantas apa arti Indonesia?
Kecamatan Batahan kawasan surga bagi investor perkebunan sawit. Lahan-lahan telah dikuasai perusahaan-perusahaan kapitalis dari Jakarta dan Medan.
Rakyat tak memperoleh apa-apa, kecuali kemiskinan, penderitaan dan badan jalan beraspal lumpur.
Berstatus jalan provinsi, jalan ini merupakan jalur utama di kecamatan itu.
Menghubungkan Kecamatan Batahan dengan kawasan lain di Kabupaten Mandailing Natal.
Lumpur tebal di titik Bintungan Bejangkar itu hanya satu dari banyak titik lumpur di jalur bagian selatan Batahan itu.
Ada jalur di bagian utara. Kondisinya sedikit lebih baik. Kabarnya mulai disirtu.
Jika kewalahan di jalur bagian selatan Anda tak serta merta dapat pindah jalur ke utara.
Karena kedua jalur ini dipisah sungai besar. Kabarnya hanya ada rambin membelah di atas sungai. Yang tak bisa dilewati mobil.
Cobalah pergi ke Batahan. Anda mungkin akan berfikir bahwa sampai kapan rakyat Batahan bertahan di kondisi ini. (Dahlan Batubara)