Berita Nasional

Perusahaan Norwegia Siap Eksplorasi Halmahera II

Jakarta, – Statoil Indonesia, perusahaan Migas asal Norwegia memenuhi janjinya untuk melakukan survei seismik di lahan seluas 6.000 hektar di blok Halmahera II. Pernyataan itu disampaikan Agus Budiyanto, Humas Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) di Jakarta (22/7). Menurutnya, perusahaan tersebut siap melakukan eksplorasi yang akan memakan waktu lebih kurang 3 bulan.

“Akuisisi seismik 2D ini berjalan sekitar 3 bulan tanpa terjadi kecelakaan kerja, dan akan digunakan untuk mengetahui potensi migas di wilayah itu. Nantinya, data itu akan diolah dan diintepretasikan kembali menjadi data cadangan migas di wilayah itu,” ujarnya.

Walaupun proses survei selasai tahun ini, Agus menilai Statoil Indonesia tidak akan langsung melakukan pengeboran. Perusahaan itu harus mengetahui dan memastikan wilayah yang tepat untuk dilakukan pengeboran dari data yang diperolehnya. Lebih lanjut menurutnya, pengolahan data dari proses seismik 2D biasanya memakan waktu satu tahun, selain itu mereka juga harus mengurus perizinan dan memesan rig untuk mengebor di lokasi pengeboran.

“Statoil menjadi operator di Blok Halmahera II bersama Niko Resources dengan kepemilikan 80% milik Statoil, sementara 20% sisanya dimiliki Niko Resources,” ungkap Agus.

Di blok tersebut, Statoil sendiri telah berinvestasi senilai US$ 1 juta untuk survei Geologi dan Geofisika. Sementara, untuk melakukan seismik 2D seluas 6.000 kilometer mereka berinvestasi hingga US$9 juta. Selain itu, pengembang blok itu harus mengeluarkan US$2 juta sebagai signature bonus.

Sebelumnya, Statoil telah mengembalikan Blok Karama karena tidak menemukan cadangan hidrokarbon yang ekonomis. Pengembalian itu dilakukan setelah perusahaan melakukan seluruh komitmen kegiatan eksplorasi dan kewajiban yang disebutkan dalam perjanjian kontrak bagi hasil. Adapun kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan di Blok Karama adalah studi geologi dan geofisika, seismik 3D, dan pengeboran tiga sumur, yakni Sumur Gatotkaca, Sumur Anoman, dan Sumur Antasena yang memakan biaya hingga US$271 juta.

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.