Budaya

Para Pencipta Lagu Mandailing Tidak Lagi Setia kepada Bahasa Mandailing

Grafis lagu Mandailing dalam sorotan
Grafis lagu Mandailing dalam sorotan

PANYABUNGAN (Mandailing Online) – Para pencipta lagu Mandailing saat ini tak lagi mengindahkan bahasa Mandailing asli, sehingga lagu-lagu Mandailing sudah jauh dari esensi kebudayaan Mandailing.

Mayoritas album lagu Mandailing atau album Tapsel-Madina sudah bercampur dengan bahasa Indonesia, baik dari sisi kata maupun dari sisi kalimat.

Kondisi itu telah menyebabkan nyanyian Mandailing yang diciptakan para pencipta lagu masa kini telah menjauh dari akar kebudayaan Mandailing itu sendiri.

“Padahal, lagu atau nyayian adalah satu item budaya, termasuk juga jati diri suatu kelompok kebudayaan, sehingga nyayian menjadi salah satu segmen dari kebudayaan itu sendiri,” kata Misron Nasution, warga Panyabungan kepada Mandailing Online di Panyabungan, Kamis (28/7/2016).

Dia sangat menyayangkan tergerusnya kesetiaan para pencipta lagu Mandailing dari bahasa asli Mandailing.

“Lagi pula, nyanyian sebagai salah satu cabang seni, merupakan media yang sangat urgen dalam melestarikan bahasa Mandailing. Nyanyian akan mempengaruhi masyarakat luas sehingga nyanyian menempati posisi penting dalam mempertahankan dan melestarikan bahasa itu sendiri,” jelas Misron.

Selain sudah jauh dari esensi budaya Mandailing, kondisi itu juga telah menyebabkan lagu-lagu Mandailing telah hilang rasa Mandailing-nya, bahkan tak enak lagi karena tidak menyentuh jiwa.

“Lagu Toba atau lagu Batak itu enak didengar karena bahasa mereka sangat asli, tak bercampur dengan bahasa Indonesia,” katanya.

“Bahasa asli itu jika diramu sedemikian rupa dalam seni nyanyian akan terasa menyentuh hati, selain itu kaldunya juga sangat terasa,” ujarnya.

Peliput  : Dahlan Batubara

 

Comments

Komentar Anda

Silahkan Anda Beri Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.